Pasar selalu menjadi tujuan warga untuk mencari kebutuhan sehari-hari. Sejak dulu hingga sekarang pasar selalu dinantikan keberadaaannya karena menjadi salah satu sumber kehidupan selain listrik dan air.
Di kota-kota besar pasar tradisional buka setiap hari hingga 24 jam. Kondisi ini tentu berbeda dengan di Desa, salah satunya Desa Serang yang memiliki Dusun bernama Klatak.
Menurut keterangan warga, Pasar Klatak sudah berdiri jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar tradisional Klatak Desa Serang buka hanya dua kali dalam seminggu mengikuti kelender Jawa, yaitu setiap Wage dan Legi pukul 05.00-08.00 WIB.
Alasan memilih Wage dan Legi agar Pasar Klatak selalu padat saat buka. Hal ini tentu membuat dagangan menjadi laris.
Para pedagang Pasar Klatak menjajakan beranekaragam penganan, mulai dari sayur-mayur, lauk-pauk, hingga jajanan tradisional yang langka ditemukan di kota-kota besar. Cenil, nasi tiwul, nasi jagung, punten, getuk lindri, peyek, hingga pecel bisa dengan mudah ditemukan di Pasar Klatak.
Kemasan berupa daun pisang membuat kesan tradisionalnya semakin terasa, apalagi harga yang ditawarkan berkisar Rp2.000-Rp3.000 per porsi. Harga yang sangat murah untuk sebuah camilan tradisional yang sulit ditemukan di kota-kota besar, apalagi Ibukota.
Tempe yang dibungkus daun jati |
Keunikan Pasar Klatak tak sebatas itu saja, cara pengemasan tempe pun kian menarik saat dibungkus dengan daun jati. Berlimpahnya daun jati di sejumlah desa di Kabupaten Blitar membuat pedagang memanfaatkannya untuk membungkus tempe buat pelanggan.
Pasar Klatak sarat akan ketradisionalannya, mulai dari jam operasionalnya, jajajan tradisionalnya, hingga cara pengemasannya.
Posting Komentar untuk "Uniknya Pasar Klatak yang Cuma Buka Setiap Wage dan Legi"