Dalam waktu yang sempit itu, saya melihat keseharian Pak Lalu Ishak di usianya yang senja, waktu itu 79 tahun. Masih ia bisa tersenyum bahagia meski langkah kaki sudah mulai lamban mengayun ke ruang praktiknya berukuran sekitar 3x2 meter untuk menemui pasiennya yang datang.
Tak mau menyiakan kesempatan berharga, saya spontan mengambil ponsel, lalu saya rekam setiap detik pergerakan Pak Lalu Ishak saat tengah melayani pasiennya. Saya perhatikan sampai akhir, melihat berapa ia dibayar oleg sang pasien. Sungguh luar biasa, tak ada tarif yang Pak Lalu Ishak tetapkan pada setiap pasien yang datang. Dari situ, kemudian saya melanjutkan perkeman saya dan memutuskan untuk mewawancarainya. Ada rasa tulus dan ikhlas yang saya lihat dari gurat wajah dan senyumnya yang terus sumringah.
Inilah kisah setahun lalu, yang saya persembahkan kepada seorang Mantri tertua di Lombok Tengah, Lalu Ishak dalam pengabdiannya selama 50 tahun hingga mata menutup Kamis, 20 Juni 2019 pukul 00.04 wib.
Selamat Jalan Pak Lalu Ishak. Semoga pengabdian tulus ikhlasmu berlanjut pada perawat-perawat berkiutnya di desa-desa di negeri ini. InsyaAllah abdimu semasa hidup menjadi pendorong bagi kami untuk mengabdi setulus hati hingga Sang Khalik memanggil.
Allahummaghfirlahu, warhamhu, wa ‘afihi wa’fu anhu.
Ya Allah ampuniah dia, berilah dia rahmat dan sejahterakan serta maafkanlah dia.
Posting Komentar untuk "Sosok Lalu Ishak Mantri Tertua di Lombok Tengah Yang Mengabdi Hingga Lanjut Usia"